Senin, 17 Januari 2011

Perubahan anak

Sekilas lalu banyak perubahan yang begitu menonjol di negeri tercinta ini. Begitu cepat perubahan, sehingga seseorang bisa saja tertinggal jauh jika tidak update. Akan terbengong-bengong ketika di sekitarnya sudah membicarakan perubahan terbaru. Dalam hati terungkap 'koq aku belum tahu'. Hasilnya, orang lain sudah membicarakan dari A sampai Z, kita baru bertanya ada apan sih, apa itu, kapan, iyakah dan seterusnya.
Perubahan dari segala bidang baik positif maupun negatif selalu mewarnai jagad negeri ini. Salah satunya seperti cerita ini.
Dalam perjalanan ke Jogja dengan Kereta Api aku duduk bersebelahan dengan ibu paruh baya. Tak lama kami bertegur sapa sampai ibu itu bercerita tentang anak ketiganya. Dengan penuh semangat ibu itu menuturkan perubahan anak ketiganya. Sebenarnya aku juga masih heran dan terkadang tersenyum-senyum sendiri tiap kali ingat peristiwa itu mas.
Di sore hari setelah anak ketigaku sdh pulang di rumah. Seperti biasanya saya selalu menyuruh anak saya untuk membenatu bersih-bersih rumah. Ada yang menyapu, cuci piring dll. Nang, sini bantu ibu bersih-bersih : panggilku pada anak ketiga. Sini, lihat ini banyak sampah yang berserakan.
Mendengar panggilan ibu si anak dalam kamar ternyata menggerutu. Kenapa sih ibu selalu menyuruhku bersih-bersih. Ibu tidak tahu apa ya kalau aku capek. Huff... Sambil menggerutu anak ketiga berjalan menemui ibunya. Ibu, ibu ini nggak adil, kenapa aku disuruh terus. Akukan capek juga bu..
Sontak ibu terkejut mendengar ucapan anaknya. He he he...anak ibu ini, koq bisa bilang seperti itu. Sudah gede, sudah umur 17 tahun ngomongnya seperti itu. Sudah bantu ibu ini.
Dalam hati ibu setelah peristiwa itu, selalu bertanya-tanya. Kenapa anak ketiganya berprilaku seperti itu. Sekilas dari amatan ibu telah terjadi perubahan pada anak ketiganya. Tidak biasanya anak-anak ibu bersikap seperti anak ketiganya. Rasa penasaran itu membuat ibu masuk ke kamar anak ketiga. Didapatinya dalam kamar lembaran kertas berisi tentang Undang-Undang perlindungan Anak. Sekilas ibu membacanya.
Setelah ada waktu ibu mengadukan hal ini ke bapak. Bapak dan ibu membicarakan perubahan itu dan tentang UUPA. Iya pak ya, kita koq g tahu tentang lembaran kertas ini. Ini toh yang membuat anak ketiga kita berucap seperti kemarin. Anak sekarang lebih cepat mendapat informasi ; kata bapak. Tapi yaitu mereka menelan mentah-mentah atau memang mereka belum bisa memahami apa yang dimaksud informasi itu.  Atau juga orang yang mengenalkan informasi itu nggak becus. Tampaknya kita harus ngga boleh kalah Bu, harus belajar juga. Iya pak.
Aku tersenyum mendengar cerita ibu juga berpikir ulang koq bisa terjadi ya?? Apa ada yang salah?? Dan apa sih Undang-Undang Perlindungan itu??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar